-->

Friday 23 January 2015

Sebuah Kesempatan
~Sebuah Kesempatan~


            Setahun sudah aku berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia, Institut Pertanian Bogor.  Benar-benar kesempatan yang sungguh luar biasa yang diberikan Allah kepada saya untuk bisa berkuliah di IPB dan dibiayai melalui beasiswa Bidikmisi. Tepat di liburan semester tiga ini aku diberikan tugas oleh Paguyuban Bidikmisi untuk mensosialisasikan tentang beasiswa Bidikmisi dan info seputar kampus IPB.  Tentunya aku sangat senang karena dalam tugas ini aku diberikan kesempatan untuk berbagi informasi dengan teman-teman yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Dalam tugas ini, aku tergabung dalam sebuah tim yang terdiri dari empat orang. Salah satunya adalah teman dekatku yaitu Teguh Setiawiguna dari departemen Manajemen sama sepertiku. Dua orang sisanya adalah Maryani dari departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen dan Inggita dari depertemen Konservasi Hutan dan Ekowisata. Kami berempat bertugas di dua SMA yang telah ditentukan oleh pihak penyelenggara. Dua SMA yang menjadi target kami adalah SMAN 1 Tajurhalang dan SMAN 1 Pamijahan.  Kedua SMA tersebut berlokasi cukup jauh dari kampus.

           

           Bermodalkan dua sepedah motor yang kami miliki, kami pun melaksanakan tugas ini. Perjalan panjang yang kami lalui akhirnya pun usai dan kini kami telah berada di salah satu SMA yang menjadi target kami, yaitu SMAN 1 Tajurhalang. Kami berempat disambut hangat oleh pihak sekolah, terutama kepala sekolah yang sangat senang dengan kehadiran kami. Kepala sekolah di SMA itu merupakan kepala sekolah yang baru saja dipindahkan di SMAN 1 Tajurhalang. Beliau sangat menyadari minimnya informasi yang didapat oleh siswa-siswi di SMA nya terkait dunia perkuliahan dan bagaimana caranya dapat kuliah gratis. Kedatangan tim dari Paguyuban Bidikmisi IPB ini seperti memberikan harapan baru bagi murid-muridnya untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Tepat pukul 09.10 kami mulai masuk ke ruang aula untuk mulai mensosialisasikan informasi yang kami miliki. Ini adalah sesi yang pertama yang kami akan jalani di hari ini, karena hari akan ada tiga sesi.  Peserta sosialisasi di sesi pertama ini adalah siswa-siswi kelas XII jurusan IPA di SMA tersebut. Sosialisasi berjalan dengan lancar, pertanyaan-pertanyaan pun mereka lontarkan dengan semangatnya, tentang kampus atau pun tentang beasiswa bidikmisi. Sesi kedua pun lancar seperti halnya sesi pertama, jika sesi pertama pesertanya adalah jurusan IPA, sesi kali ini pesertanya adalah siswa-siswi dari jurusan IPS. Namun, yang sangat berkesan dan jujur membuat kami bingung setengah mati adalah pada sesi ketiga. Aku dan tim cukup terkejut dengan apa yang terjadi di sesi ketiga ini.
            Berbeda dengan sesi sebelumnya, di sesi ketiga ini adalah sesi yang diminta langsung oleh kepala sekolah SMA tersebut. Kebetulan, sudah dua minggu sejak kami datang, SMAN 1 Tajurhalang kedatangan teman baru, yaitu SMA 1 Bojong Gede yang menumpang di gedung SMAN 1 Tajurhalang. Menumpang mungkin kata yang cukup kasar, namun itulah kata yang keluar dari siswa Bojong Gede itu sendiri. Kepala sekolah ingin timku juga memberikan sosialisai kepada mereka. Jika sebelumnya kami menyampaikan materi melalui layar proyektor, kali ini kami hanya menyampaikan secara lisan tanpa sebuah media karena kebetulan pada saat itu proyektor sedang digunakan oleh SMAN 1 Tajurhalang. Tepat pukul 13.32 WIB sosialiasi sesi ketiga ini kami mulai. Penyampaian olehku dan kak Maryani pun lancar seperti biasanya dan mereka cukup antusias mendengarkan apa yang kami sampaikan. Pada sesi Tanya jawablah kami mulai kebingungan. Satu anak laki-laki mengangkat tangan, dan mulai melontarkan pertanyaannya.


“Kak, saya ingin bertanya !” teriaknya dengan semangat.
“Ya, silahkan.” Jawabku dengan santainya, kupikir pertanyaan ini akan ku jawab dengan mudah seperti biasanya.
“Gimana kak kalo nasib kami seperti ini ?, bagaimana kita mampu bersaing dengan SMA lain untuk bisa masuk perguruan tinggi jika akreditasi sekolah kami pun belum jelas ?, terlebih lagi, katanya akreditasi itu sangat mempengaruhi tahap seleksi, percuma nilai muridnya bagus kalo SMA nya tidak memiliki akreditasi yang bagus !, kalo gitu gimana kak ?”

Sangat lantang siswa itu mengajukan pertanyaan itu, dan teman-temannya bersorak untuknya seakan pertanyaan itu merupakan masalah yang benar-benar mereka hadapi sekarang. Tatapan mata yang tajam mereka soroti ke kami berempat seakan menuntut jawaban yang pasti. Dalam hati ini aku bertanya “apa yang harus aku jawab ?”. Jujur, aku tau tentang hal itu benar bahwa seleksi di perguruan tinggi memang sangat ketat dan menurut beberapi informasi yang aku dapatkan memang melibatkan nilai akreditasi sekolah bahkan hingga menilai alumni di sekolah tersebut. Namun, seandainya aku menjawab dengan apa yang aku ketahui maka itu sama halnya aku mengubur harapan mereka saat itu juga. Tim ku ini benar-benar bingung setengah mati. Kami harus berpikir cepat, mereka tak akan mau menunggu lama jawaban dari kami. Aku pun menarik nafas panjang dan mulai menjawab.

“beberapa yang kamu sampaikan itu benar, memang seleksi di perguruan tinggi sangat ketat. Akreditasi sekolah memang menjadi bahan pertimbangan. Namun, setiap perguruan tinggi pasti mencari calon-calon mahasiswa yang terbaik. Jangan biarkan kekurangan fasilitas yang kalian miliki ini menjadi penghalang kalian untuk bisa menggapai cita-cita kalian. Jadikan kekurangan ini menjadi pendobrak semangat kalian untuk dapat membuktikan kepada dunia, bahwa kalian bisa. Jangan pedulikan berbagai pertimbangan yang akan datang, tapi cobalah berusaha semampu kalian untuk mendapatkan nilai-nilai yang terbaik dan meraih berbagai macam prestasi. Percayalah Allah selalu tahu usaha yang kalian lakukan.”
             
        Sangat panjang jawaban yang aku berikan untuk mereka. Aku berharap ini cukup untuk membangkitkan semangat mereka. Aku tau rasanya memiliki keterbatasan dan bangkit dari hal itu sangat sulit, namun ketika kita berhasil bangkit darinya, kekuatan tak terkalahkan akan datang dari dalam diri kita. Siswa laki-laki yang bertanya tadi pun kembali berdiri dari kursi kayunya dan berkata.

“Terima kasih kak, atas segala jawaban dan motivasi kakak” dengan lembut ia lontarkan kata-kata itu.

Kata-kata itu sangat menyejukkan hati kami, dan senyuman tercipta diantara kami semua dalam ruang kelas itu. Sungguh, aku dan tim merasakan perasaan mereka. Tentu saja, aku dan ketiga teman ku adalah penerima beasiswa Bidikmisi yang berasal dari keluarga yang membutuhkan dan kami sangat menyadari perasaan mereka. Jabat tangan kami dengan mereka adalah tanda usainya sosialisasi yang kami laksanakan di sesi terakhir ini.
            Banyak hal yang aku pelajari pada hari itu. Bepikir bahwa jika semua perguruan tinggi benar-benar menjadikan akreditasi sekolah menjadi pertimbangan dalam tahap seleksi. Tentunya ini akan terlihat tidak adil, karena siswa-siswa yang sekolahnya tidak memiliki akreditasi yang baik tidak dapat memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang baik. Padahal, sekolah yang seperti itu banyak terdapat di daerah pedesaan, hal ini akan membuat yang terpelosok akan semakin terpojokkan dan tak terselamatkan dalam segi pendidikan. Mereka adalah adik-adikku, mereka yang kesulitan di sekolahnya, mereka yang kesulitan ekonominya, mereka yang terus berjuang untuk belajar dengan segala keterbatasan, dan aku tak akan rela melihatnya tak memiliki kesempatan yang sama. MEREKA BUTUH SEBUAH KESEMPATAN. 



“Berlian akan tetap menjadi berlian, walau ia terkubur didalam lumpur yang kotor. Kegelapan dunia takkan bisa mengahalangi cahaya indahnya. Warna-warni caci maki takkan membuat warna indahnya luntur. Harapan akan selalu menjadi cahaya penerangnya. Kerja Keras akan selalu mengasah keindahannya. Dan kalianlah, pelajar negeri ini merupakan cerminan masa depan bangsa. Jadilah Berlian untuk Indonesia.”

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna Veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.

0 comments:

Post a Comment

Start Work With Me

Contact Us
JOHN DOE
+123-456-789
Melbourne, Australia

Blogger templates

Popular Posts