Si Embe
Orang pertama yang gue kenal di kampus selain
teman SMA gue. Orang berbadan besar yang pertama kali ketemu pas gue nyampe
kamar asrama. Awalnya, gue berpikir “wah, ini orang sangar nih nampaknya”, dan
ternyata salah. Gue yang berasal dari Jabodetabek memiliki selisih kedatangan
satu hari ke asrama dibandingkan dia yang dari luar jabodetabek. Wajah polos
ini langsung masuk ke kamar asrama setelah diantarkan ke orang tua. Saat sedang
merapihkan kamar, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar, dan itu adalah dia,
Wildan Muhammad. Orang asli Jember, mahasiswa baru IPB jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
Saat
itulah perkenalan pertama kami berdua, terasa masih sangat canggung karena
belum saling mengenal lebih dalam. Seperti yang terlihat di foto, kami sangat
berbeda jauh dari segi fisik, Wildan badannya besar dan tinggi, dan gue
badannya kecil dan tidak tinggi (wkwkwkw). Setelah melewati beberapa purnama,
kami pun semakin akrab. Kesamaan hobi menonton anime membuat kami bertambah
akrab, apalagi status sama-sama jomblo yang membuat kami sering membicarakan
pasangan yang ideal.
Entah
mulai kapan, tapi gue merasa kita semakin akrab dan muncullah panggilan khusus
untuknya, yaitu “Embe”. Kalau ditanya kenapa dipanggil Embe, gue juga bingung
tapi suka aja. Dalam pertemanan ini, gue merasa beruntung karena gue yang
menjabat sebagai anak pertama dikeluarga lebih cenderung harus memberikan
contoh bagi adik-adiknya. Melakukan ini itu agar dicontoh yang baik. Terutama
dalam hal belajar. Kadang kala memang terasa terbebani tapi semua harus
dijalani, dan Insya Allah gue pun ikhlas, itung-itung sekalian mebenahi diri.
Tapi, cuma sama embe gue bisa menjadi seperti seorang adik dan gue merasakan
bagaimana memiliki kakak. Meski tidak ada hubungan darah, tapi gue merasa kita
udah deket banget bahkan seperti udah kenal lama.
Embe
adalah tempat gue bisa jujur dengan apapun yang ada didiri gue. Bahkan sesuatu
yang gak bisa gue jujurkan ke orang tua dan ke embe malah bisa. Cuma ke embe
gue bisa ngeluh capek, lagi males, sedih, dan hal-hal lainnya. Cuma ke Embe gue
bisa ceritain hari-hari seru gue selama sehari ini. Embe adalah pendengar yang
baik buat gue, yang bisa menampung seluruh kejujuran gue.
Embe
juga yang pertama kali tau tentang “kaki spesial” gue. Ketika pertama kali
melihatnya, dia langsung terkejut dan akhirnya gue pun menceritakan asal muasal
kaki spesial ini. Setelah tau kalau gue serapuh itu, dia jadi lebih perhatian
lagi. Bahkan ketika gue capek, Embe pernah mijitin kaki gue sampe lebih dari
sejam dan itu enak banget mbe. Gue gak tau lagi beneran ada gak temen kayak
Embe. Cuma Embe yang bener-bener gue bisa jadi kayak anak kecil didepannya dan
semua kegilaan yang gak pernah gue lakuin sebagai seorang adik.
Melalui
tulisan ini gue juga mau minta maaf Mbe, kalau gue belum bisa jadi teman
terbaik lu dan sering gak ada kalau lu butuh dan gak bisa banyak membantu. Maaf
kalau temen kecilmu ini pernah membuat kekecewaan dalam hati lu. Tapi lu adalah
Embe terbaik yang pernah gue kenal. Selamat ulang tahun juga ya Mbe ke yang 23
tahun. Semoga sehat selalu, diberikan kemudahan rizki, dan diberikan kemudahan
dalam menyelesaikan studinya.
Gue
masih berharap bahwa suatu hari nanti kita bisa sama-sama sukses berdua dan
bisa lebih deket lagi. Ketika kita punya pasangan halalnya masing-masing, boleh
lah kita double date. Wkwkwkwk.
Salam,
Teman kecil
Salam,
Teman kecil
0 comments:
Post a Comment